Kamis, 19 September 2013

Hadirlah Sebelum Aku Pergi


Hadirlah Sebelum Aku Pergi
Dentuman jam dari sisi terjauh dalam kehidupan Jennie mengganggu ketentraman jiwanya. Gadis manis yang amat pendiam ini tak tau apa yang harus ia lakukan . Tak selang jauh jiwanya terdesak akan dentuman itu dan ingin sekali dia tuntaskan semuanya. Semua terasa akan mencekiknya perlahan namun pasti dalam hidupnya.  Sampai tibalah seorang pria datang dan seakan mengganggu hidupnya.
       Disuatu pagi Jennie merasa ada yang janggal pada dirinya, saat tiba di sekolah ia merasa seperti di asingkan. Rasa penasarannnya memuncak sampailah dia memberanikan diri bertanya pada Nica salah satu temannya. “Nic.. tunggu gue!” teriak Jennie dari belakang Nica yang sedang berjalan menjauhinya. Kepala Nica seakan berat untuk menoleh kepada Jennie dia hanya diam menunggu Jennie yang menghampirinya.
            “Apa?” sahut Nica singkat.
 “Pada kenapa sih? Ko pada beda gini?” Tanya Jennie yang penasaran.
“apaan sih yang lo omongin,Jen? Gue ga ngerti.” Jawab Nica
“ishh… elo.. gini gue ngerasa sikap kalian beda ke gue,kenapa?gue salah apa?”  Celoteh Jinnie yang mulai kesal dengan jawaban Nica tadi.
“gue ga tau, semua gini gini aja ko ga ada yang berubah, sante  aja lo. Eh lo dapet salam” jawab Nica santai
“ salam? Dari? Tumben gue dapet salam biasanya aja yang sering dapet salam aja elo. haha…” gurau Jennie
“dari kepten basket  tuh ..haha” jawab Nica sambil mencolek dagu Jennie
“ HA? Yang bener lo?” Tanya Jennie yang penasaran
“ haha.. ya kagak lah . emang dia suka apa sama lo? Kagak lah” jawab Nica santai dan gurau
“HEH!!! AWAS!!” teriak seorang pria ke arah Jennie
Tiba-tiba BRAKK!! mendaratlah bola basket ke muka Jennie, dan kemudian jatuhlah badan Jennie .  muka Nica seketika menjadi cemas, dia takut dengan kejadian yang terjadi pada sahabatnya. Pria tadi kemudian lari dan menggendong Jennie ke UKS sekolah dan berusaha menyadarkan Jennie dibelakangnya Nica mengikuti pria dan Jennie ke UKS.
“Heh.. bangun…” sambil mengguncang tubuh Jennie kasar
“ Gila lo ya? Bisa remuk tuh badan kalo lo mbanguninnya gitu.” Bentak Nica
“ish.. repot amat sih , iya gue ga kasar” jawab pria tadi pelan
“ayo bangun.. buka matamu aku mohon? “ kata pria tadi sambil mengelus tangan Jennie
“ah.. lo tau, kalo ada yang masuk lainnya bisa-bisa temen gue ini di bilang pacar lo.” Kata Nica dengan muka datar.
“tau ah.. gue salah mulu perasaan.” Kata pria tadi sambil mengacak-acak rambutnya seakan frustasi
“eh, tunggu lo Neo, kapten tim basket itu kan?” Tanya Nica penasaran
“bukan gue peliharaannya. Anjir.. kenapa lo masih Tanya gituan? lo ga tau gue? Lo anak baru?” Tanya pria tadi
“ga gitu juga kali, gue cuman mastiin aja.. lo bener kaptennya?” Jawab Nica
“emangnya lo kemana aja sampe ga kenal gue? Semua anak-anak sini aja kenal gue. Dan juga cewe- cewe sini banyak yang antri demi gue karna gue Ketjeh”   kata pria tadi dengan sombongnya.
What?  Ketjeh? Hadeh.. ngaca deh! Sahut Nica
“ ishh.. lo!! Untung lu tuh……”
Tiba-tiba pria itu terdiam , dan saat itu juga Jennie menggenggam tangan pria tadi yang ada di sebelah tangan Jennie. Seketika itu juga pria itu menoleh ke Jennie dan tak melanjutkan apa yang akan katakan. Mata Jennie yang sipit mulai membuka dan tangan yang lain memegang kepalanya, dan mulailah Jennie bangun. Tanpa disadari Jennie belum melepas tangannya pada tangan pria yang ada disebelahnya.
“lo ga kenapa-kenapa kan?” ucap pria itu sambil mendekat ke Jennie.
 “eh, lo ? Gue ga kenapa-kenapa ko.” Jawab Jennie
“ooo… bagus, terus ini apaan?’’ sahut Neo sambil mengangkat tangannya yang masih d pegang Jennie
“eh sorry.” Kata Jennie menundukan kepalanya.
“lo ga kenapa-kenapa Jen?’’ Tanya Nica yang penasaran
“iy gue baik ko Nic, makasih udah nolongin gue ya,Nic” jawab Jennie
“eh? Lo salah orang harusnya lo ngomong gitu ke cowo ini” kata Nica sambil menunjuk Neo
What? Gue ngomong makasih ke dia? Ga salah? Dia aja yang ngelempar bolanya, gue ga mau!” jawab Jennie keras kepala
“jiahhh.. elo udah ga usah yang penting lo ga kenapa-kenapa gue udah seneng ko.” Sahut Neo santai dan mulai meninggalkan 2 orang gadis di UKS.
Setelah itu Jennie bingung kenapa dia begitu dinggin, tak seperti apa yang di katakan teman-temannya. Ya maklum Jennie belum pernah sempat dekat dengannya baru kali pertama ini dia dekat dengan pria yang ia suka selama 2 tahun akhir ini. Bel berbunyi, mengaggetkan lamunan Jennie akan Neo. Kemudian 2 orang gadis itu pun pergi kekelas mereka.
Seperti tadi pagi perasaan Jennie tetap mengganjal karena sikap temannnya. Saat pelajaran berlangsung Jennie hanya diam dan termenung. Lain halnya dengan teman-temannya yang usil. Seorang pria yang duduk tidak jauh dari Jennie ,sibuk mengamati Jennie. Diam dan tak berkutik sedikitpun , penglihatannya seolah tak goyah terhadap Jennie. Sibuk akan hal itu sang pria tersebut menyadari ada yang aneh dengan sikap Jennie hari ini.
“Jenn… Jen.. Jennie…” panggil Hera dari sudut belakang kelas
“ah? Iya?” jawab Jennie yang seperti orang bangun tidur
“lo sibuk ga entar?” Tanya Hera dengan lantang
“ ga ko, kenapa?” jawab Jennie lembut
“ gue, Neo, Nica sama Ian entar ke rumah lo ya?” ucap Hera jelas
“ ohh.. iya, gue tunggu” kata Jennie sembari member senyuman manisnya
Bel usai pelajaran berbunyi semua siswa keluar kelas, lain halnya Jennie. Dia seperti polisi yang sedang menunggu tempat kejadian kecelakaan. Dentum jam dinding memenuhi ruangan kelas, suara bising anak-anak diluar kelas terdengar di kuping Jennie. Kekosongan menyerbu hati Jennie, tak seperti biasanya sahabat- sahabatnya yang selalu mencuap-cuapkan suara mereka di dekat Jennie sekarang tak ada satupun suara mereka yang terdengar. Namun, di sisi ruang hatinya dia dihantui oleh seorang Neo yang seakan namanya sudah terlukis disana, perasaan yang aneh selalu muncul ketika ia merindukannya. Tiba-tiba, seorang gadis manis datang kepada Jennie.
“Jen?” panggil Aurna gadis manis itu
“eh, elo,” sahut Jennie dengan menyebarkan senyumnya
“kenapa? Lo galo? “ Tanya Aurna santai sambil memakan keripik yang ada pada dirinya
“haha… apaan sih lo, gak ah.” Kata Jennie tertawa ringan
“iya gue lupa, elo kan ga pernah galo sama namanya cinta, iya-iya gue tau Jen. Lo cuman galo kalo lo ngelewatin Show dari Super Junior atau blablabla…” gurau Aurna
“nah itu lo tau –‘ udah ah.. keluar yokk.. ngebetein disini mulu “ ajak Jennie sambil menarik tangan Aurna temannya.
Diluar mereka banyak bergurau, dan itu sedikit meringankan beban yang ada pada Jennie. Namun seorang pria yang sejak tadi dikelas mengamati Jennie tiba-tiba masuk kekelas dan duduk di bangkunya. Disaat bersamaan bel berbunyi, semua siswa masuk kekelas dan siap menerima pelajaran yang akan diajarkan guru. Pembelajaran dimulai semua siswa dengan fokus memperhatikan guru mengajar. Tak sengaja Jennie menjatuhkan penanya ke lantai. Saat akan mengambil, Jennie heran dengan segulung kertas kecil yang diikat pita pink dengan rapid an tergeletak pada kolong mejanya, dipunggutnya pertas itu dan kembali ia mencoba fokus pada pelajaran. Namun rasa penasarannya mulai menjadi, dibukanya gulungan itu dan mulailah ia membacanya dengan cermat. Disana tertulis hanyalah sebuah cerita yang tak bisa Jennie cerna dengan baik.
  “Seseorang pernah bertanya padaku , bagaimana rasanya saat mencintai seseorang yang tak pernah mencintai kita? Sesaat aku seperti ditembak mati olehnya, lalu perlahan aku mengelangkan nafas dan mulai menjawabnya. Rasanya seperti memegang duri-duri pada mawar semakin kamu menggenggamnya kuat semakin besar peluang tanganmu untuk terluka, perih tentunya ada disana. Ya! cinta yang dia tanyakan seperti yang aku alami. Cinta pertama memang sakit namun cinta yang tak pernah terbalaskan itu akan meninggalkan ukiran berkarat. Sebelumnya aku pernah melihat seorang putri cantik, ramah dan anggun disuatu tempat. Namun di hari esoknya dia hanya duduk disebuah bangku dan merenung tanpa memamerkan senyumnya lagi. Aku sempat kualahan dengan ini. Sebuah hirup pikuk yang hanyalah hampa tanpa senyum manisnya.”

Kata perkata dicerna Jennie namun hanyalah angin lalu yang lewat. Jennie sama sekali tak mengerti semua ungkapan itu. Disimpannya kertas itu dalam tas pinknya. Seribu pertanyaan datang dalam benak Jennie, seakan menjejeak kepalanya. Bel pulang berbunyi. Menyudahi lamunan Jennie. Semua siswa pulang tanpa terkecuali.  Disudut lain pria yang mengirim surat pada Jennie hanya tersenyum malu karna tingkahnya sendiri.

#to be continue


Tidak ada komentar:

Posting Komentar