Hadirlah Sebelum Aku Pergi
Dentuman jam dari sisi terjauh dalam kehidupan Jennie
mengganggu ketentraman jiwanya. Gadis manis yang amat pendiam ini tak tau apa
yang harus ia lakukan . Tak selang jauh jiwanya terdesak akan dentuman itu dan
ingin sekali dia tuntaskan semuanya. Semua terasa akan mencekiknya perlahan
namun pasti dalam hidupnya. Sampai
tibalah seorang pria datang dan seakan mengganggu hidupnya.
Disuatu pagi Jennie
merasa ada yang janggal pada dirinya, saat tiba di sekolah ia merasa seperti di
asingkan. Rasa penasarannnya memuncak sampailah dia memberanikan diri bertanya
pada Nica salah satu temannya. “Nic.. tunggu gue!” teriak Jennie dari belakang
Nica yang sedang berjalan menjauhinya. Kepala Nica seakan berat untuk menoleh kepada
Jennie dia hanya diam menunggu Jennie yang menghampirinya.
“Apa?” sahut Nica singkat.
“Pada kenapa sih? Ko
pada beda gini?” Tanya Jennie yang penasaran.
“apaan sih yang lo omongin,Jen? Gue ga ngerti.” Jawab Nica
“ishh… elo.. gini gue ngerasa sikap kalian beda ke
gue,kenapa?gue salah apa?” Celoteh
Jinnie yang mulai kesal dengan jawaban Nica tadi.
“gue ga tau, semua gini gini aja ko ga ada yang berubah,
sante aja lo. Eh lo dapet salam” jawab
Nica santai
“ salam? Dari? Tumben gue dapet salam biasanya aja yang sering
dapet salam aja elo. haha…” gurau Jennie
“dari kepten basket tuh
..haha” jawab Nica sambil mencolek dagu Jennie
“ HA? Yang bener lo?” Tanya Jennie yang penasaran
“ haha.. ya kagak lah . emang dia suka apa sama lo? Kagak lah”
jawab Nica santai dan gurau
“HEH!!! AWAS!!” teriak seorang pria ke arah Jennie
Tiba-tiba BRAKK!! mendaratlah bola basket ke muka Jennie, dan
kemudian jatuhlah badan Jennie . muka
Nica seketika menjadi cemas, dia takut dengan kejadian yang terjadi pada
sahabatnya. Pria tadi kemudian lari dan menggendong Jennie ke UKS sekolah dan
berusaha menyadarkan Jennie dibelakangnya Nica mengikuti pria dan Jennie ke
UKS.
“Heh.. bangun…” sambil mengguncang tubuh Jennie kasar
“ Gila lo ya? Bisa remuk tuh badan kalo lo mbanguninnya gitu.”
Bentak Nica
“ish.. repot amat sih , iya gue ga kasar” jawab pria tadi
pelan
“ayo bangun.. buka matamu aku mohon? “ kata pria tadi sambil
mengelus tangan Jennie
“ah.. lo tau, kalo ada yang masuk lainnya bisa-bisa temen gue
ini di bilang pacar lo.” Kata Nica dengan muka datar.
“tau ah.. gue salah mulu perasaan.” Kata pria tadi sambil
mengacak-acak rambutnya seakan frustasi
“eh, tunggu lo Neo, kapten tim basket itu kan?” Tanya Nica
penasaran
“bukan gue peliharaannya. Anjir.. kenapa lo masih Tanya
gituan? lo ga tau gue? Lo anak baru?” Tanya pria tadi
“ga gitu juga kali, gue cuman mastiin aja.. lo bener
kaptennya?” Jawab Nica
“emangnya
lo kemana aja sampe ga kenal gue? Semua anak-anak sini aja kenal gue. Dan juga
cewe- cewe sini banyak yang antri demi gue karna gue Ketjeh” kata pria tadi dengan sombongnya.
“What? Ketjeh? Hadeh..
ngaca deh! Sahut Nica
“ ishh.. lo!! Untung lu tuh……”
Tiba-tiba pria itu terdiam , dan saat itu juga Jennie
menggenggam tangan pria tadi yang ada di sebelah tangan Jennie. Seketika itu
juga pria itu menoleh ke Jennie dan tak melanjutkan apa yang akan katakan. Mata
Jennie yang sipit mulai membuka dan tangan yang lain memegang kepalanya, dan
mulailah Jennie bangun. Tanpa disadari Jennie belum melepas tangannya pada
tangan pria yang ada disebelahnya.
“lo ga kenapa-kenapa kan?” ucap pria itu sambil mendekat ke
Jennie.
“eh, lo ? Gue ga
kenapa-kenapa ko.” Jawab Jennie
“ooo… bagus, terus ini apaan?’’ sahut Neo sambil mengangkat
tangannya yang masih d pegang Jennie
“eh sorry.” Kata Jennie menundukan kepalanya.
“lo ga kenapa-kenapa Jen?’’ Tanya Nica yang penasaran
“iy gue baik ko Nic, makasih udah nolongin gue ya,Nic” jawab
Jennie
“eh? Lo salah orang harusnya lo ngomong gitu ke cowo ini” kata
Nica sambil menunjuk Neo
“What? Gue ngomong
makasih ke dia? Ga salah? Dia aja yang ngelempar bolanya, gue ga mau!” jawab
Jennie keras kepala
“jiahhh.. elo udah ga usah yang penting lo ga kenapa-kenapa
gue udah seneng ko.” Sahut Neo santai dan mulai meninggalkan 2 orang gadis di
UKS.
Setelah itu Jennie bingung kenapa dia begitu dinggin, tak
seperti apa yang di katakan teman-temannya. Ya maklum Jennie belum pernah
sempat dekat dengannya baru kali pertama ini dia dekat dengan pria yang ia suka
selama 2 tahun akhir ini. Bel berbunyi, mengaggetkan lamunan Jennie akan Neo.
Kemudian 2 orang gadis itu pun pergi kekelas mereka.
Seperti tadi pagi perasaan Jennie tetap mengganjal karena
sikap temannnya. Saat pelajaran berlangsung Jennie hanya diam dan termenung.
Lain halnya dengan teman-temannya yang usil. Seorang pria yang duduk tidak jauh
dari Jennie ,sibuk mengamati Jennie. Diam dan tak berkutik sedikitpun ,
penglihatannya seolah tak goyah terhadap Jennie. Sibuk akan hal itu sang pria
tersebut menyadari ada yang aneh dengan sikap Jennie hari ini.
“Jenn… Jen.. Jennie…” panggil Hera dari sudut belakang kelas
“ah? Iya?” jawab Jennie yang seperti orang bangun tidur
“lo sibuk ga entar?” Tanya Hera dengan lantang
“ ga ko, kenapa?” jawab Jennie lembut
“ gue, Neo, Nica sama Ian entar ke rumah lo ya?” ucap Hera
jelas
“ ohh.. iya, gue tunggu” kata Jennie sembari member senyuman
manisnya
Bel usai pelajaran berbunyi semua siswa keluar kelas, lain
halnya Jennie. Dia seperti polisi yang sedang menunggu tempat kejadian
kecelakaan. Dentum jam dinding memenuhi ruangan kelas, suara bising anak-anak
diluar kelas terdengar di kuping
Jennie. Kekosongan menyerbu hati Jennie, tak seperti biasanya sahabat-
sahabatnya yang selalu mencuap-cuapkan suara mereka di dekat Jennie sekarang
tak ada satupun suara mereka yang terdengar. Namun, di sisi ruang hatinya dia
dihantui oleh seorang Neo yang seakan namanya sudah terlukis disana, perasaan
yang aneh selalu muncul ketika ia merindukannya. Tiba-tiba, seorang gadis manis
datang kepada Jennie.
“Jen?” panggil Aurna gadis manis itu
“eh, elo,” sahut Jennie dengan menyebarkan senyumnya
“kenapa? Lo galo? “
Tanya Aurna santai sambil memakan keripik yang ada pada dirinya
“haha… apaan sih lo, gak ah.” Kata Jennie tertawa ringan
“iya gue lupa, elo kan ga pernah galo sama namanya cinta,
iya-iya gue tau Jen. Lo cuman galo
kalo lo ngelewatin Show dari Super Junior atau blablabla…” gurau Aurna
“nah itu lo tau –‘ udah ah.. keluar yokk.. ngebetein disini mulu “ ajak Jennie sambil
menarik tangan Aurna temannya.
Diluar mereka banyak bergurau, dan itu sedikit meringankan
beban yang ada pada Jennie. Namun seorang pria yang sejak tadi dikelas
mengamati Jennie tiba-tiba masuk kekelas dan duduk di bangkunya. Disaat
bersamaan bel berbunyi, semua siswa masuk kekelas dan siap menerima pelajaran
yang akan diajarkan guru. Pembelajaran dimulai semua siswa dengan fokus
memperhatikan guru mengajar. Tak sengaja Jennie menjatuhkan penanya ke lantai.
Saat akan mengambil, Jennie heran dengan segulung kertas kecil yang diikat pita
pink dengan rapid an tergeletak pada kolong mejanya, dipunggutnya pertas itu
dan kembali ia mencoba fokus pada pelajaran. Namun rasa penasarannya mulai
menjadi, dibukanya gulungan itu dan mulailah ia membacanya dengan cermat.
Disana tertulis hanyalah sebuah cerita yang tak bisa Jennie cerna dengan baik.
“Seseorang pernah
bertanya padaku , bagaimana rasanya saat mencintai seseorang yang tak pernah
mencintai kita? Sesaat aku seperti ditembak mati olehnya, lalu perlahan aku
mengelangkan nafas dan mulai menjawabnya. Rasanya seperti memegang duri-duri
pada mawar semakin kamu menggenggamnya kuat semakin besar peluang tanganmu
untuk terluka, perih tentunya ada disana. Ya! cinta yang dia tanyakan seperti
yang aku alami. Cinta pertama memang sakit namun cinta yang tak pernah
terbalaskan itu akan meninggalkan ukiran berkarat. Sebelumnya aku pernah
melihat seorang putri cantik, ramah dan anggun disuatu tempat. Namun di hari
esoknya dia hanya duduk disebuah bangku dan merenung tanpa memamerkan senyumnya
lagi. Aku sempat kualahan dengan ini. Sebuah hirup pikuk yang hanyalah hampa
tanpa senyum manisnya.”
Kata perkata dicerna Jennie namun hanyalah angin lalu yang
lewat. Jennie sama sekali tak mengerti semua ungkapan itu. Disimpannya kertas
itu dalam tas pinknya. Seribu pertanyaan datang dalam benak Jennie, seakan
menjejeak kepalanya. Bel pulang berbunyi. Menyudahi lamunan Jennie. Semua siswa
pulang tanpa terkecuali. Disudut lain pria
yang mengirim surat pada Jennie hanya tersenyum malu karna tingkahnya sendiri.
#to be continue
Tidak ada komentar:
Posting Komentar